annyeonghaseyo – part 2 – first week

Setelah sibuk beradaptasi dan belanja beberapa kebutuhan dasar untuk bertahan hidup (HALAH), akhirnya kami tetap harus menjalankan tugas dan tanggungjawab kami di sini. Yaiyalah ya.

Senin pagi, sekitar pukul 09.30, seorang karyawati KRX sudah bersiap sedia di lobi kecil apartemen kami. Namanya Violet, tapi nama aslinya Udin. Lah. Bukan deng. Violet itu nama Inggrisnya, sedangkan nama aslinya adalah Bora. Menurut penjelasan beliau, Bora dalam bahasa Korea artinya Ungu. Makanya nama Inggrisnya Violet.

IMG_20151008_123812~01Berhubung CEO KRX hari itu sedang berhalangan hadir (mungkin kemaren malemnya abis makan sambel Bu Rudi), maka kami hanya dibawa berkeliling, kenalan dengan tim Global Business Marketing (PIC program Employee Exchange ini), dan penjelasan singkat tentang sejarah KRX.

Bora sendiri akhirnya menjadi pembicara di awal sesi, yaitu mengenai struktur pasar modal di Korea, mulai dari FSS (OJKnya Korea), KSD, Koscom, dan lain-lain. Bahasa Inggris Bora bagus banget, mungkin karena tugas dan tanggungjawabnya mengharuskan dia dan timnya keliling dunia jualan sistem KRX dengan bahasa Inggris.

IMG_20151006_164327Kantor KRX ada di pusat bisnis Seoul, di daerah Yeuyido. Gedungnya termasuk gedung lama, dan saking ketatnya sistem keamanan di sana, kami ngga dapet wifi dan ngga bisa tethering dari handphone. Setelah daftarin mac addresspun, ternyata permintaan kami untuk konek internet melalui LAN KRX masih ditolak dan sedang diusahakan oleh Bora.

Karena KRX menyediakan makan siang di kafetaria kantor mereka, kami banyak ngobrol dengan rekan-rekan tim Global Business Marketing. Rata-rata, punya nama Inggris selain nama aslinya mereka. Ada Sergio, Hugo, Sam, Daniel, dan TJ. Menurut mereka, nama Inggris diperlukan ketika mereka sekolah ke luar negri (terutama ke Amerika), supaya namanya gampang disebutin di sana.

Dan, iya, mereka semua lulusan USA. Sadis memang. Apalah saya ini hanya remah-remah peyek di meja warteg.

Berhubung perjalanan dari apartemen ke Gedung KRX hanya berselang 1 stasiun (Singil – Yeuyido), maka petualangan selanjutnya sebenarnya adalah setelah pulang kantor. Pertanyaan “jadi, kita mau ke mana dulu nih?” selalu muncul menjelang jam 4 sore. Saya sendiri cenderung ngikut sama temen-temen, supaya ngga bikin tambah bingung.

IMG_20151003_145255Myeong-dong

Saya sendiri mungkin hampir setiap hari ke area ini, karena penasaran mau beli sepatu murah untuk olahraga. Cukup naik MRT warna biru muda (line 3) untuk bisa nyampe ke sini, dan exit di nomor 5. Beberapa kali ke sini, saya keliling mulai dari toko Nike, Adidas, New Balance, sampe ke toko sepatu ABC Mart dan LesMore. Variasi harga sepatunya bisa sangat jomplang (selisih 20.000won), tapi entah kenapa susah banget cari model yang ada ukuran kaki saya.

Di Korea sendiri, mereka pake perhitungan milimeter. Jadi kalo ngga salah, nomor 265 (265mm) dalam ukuran Korea setara dengan nomor 8 ukuran US. Artinya, kaki saya yang panjangnya sekitar 30cm, setara dengan ukuran 300 (Korea) atau 11,5 (US). Sayangnya, mayoritas sepatu yang didiskon lumayan besar, ukurannya hanya mentok di 285.

Di Myeong-dong, semuanya ada. Komplit. Dari makanan sampe hotel. Berhubung daerah ini adalah tujuan utama wisatawan China, sehingga daerahnya menjadi agak kotor dan semrawut. Udah bukan rahasia lagi lah kalo wisatawan China memang terkadang sembarangan dan ngga bisa jaga kebersihan. Dulu waktu ke Hongkong dan lanjut ke Macau juga begitu, wisatawan China senengnya bergerombol, teriak-teriak, ngalangin jalan, dan semaunya sendiri. Cih.

Myeong-dong sendiri lokasinya ada di sebrang Lotte Hotel. Hotel ini tempat saya menginap ketika ke Seoul pertama kalinya, sekitar tahun 2013 yang lalu. Dalam 2 tahun, Lotte Hotel (dan Department Storenya) udah beranak pinak ke gedung sampingnya, Avenuel dan Lotte Young. Stasiun yang deket ke sini selain Myeong-dong adalah Euljiro-il(1)-ga (line hijau – 4), dan penuhnya minta ampun pas jam pulang kerja.

Lotte Yeungdeung-po dan Times Square

Mal yang sebenarnya bisa dicapai pake jalan kaki ini (semuanya juga bisa pake jalan kaki sih, yang bedain cuma cape atau nggaknya), ngga terlalu gede kalo dibandingin sama mal-mal lainnya di Seoul. Entah kenapa, rata-rata mall di Seoul bisa sampe berlantai-lantai, bahkan sampai lantai 10. Khusus di Lotte Yeungdeung-po ini, di lantai paling atasnya ada Skypark gitu, semacam taman gantung di tengah kota. Malam ketika kami (secara ngga sengaja) berkunjung ke sana, sepi banget. Enak banget buat mojok. Beuh.

Daerah ini juga terkenal dengan prostitusinya. Ada satu jalan di mana para perempuan dengan baju minim duduk manis di dalam ruangan kaca, yang merupakan “kios” mereka. Jangan tanya saya tarifnya berapa ya, soalnya saya cuma kebetulan lewat doang. ^_^

Times Square sendiri sebenarnya mall yang nyambung dengan mall lain, Shinsegae. Di mall ini, ada toko buku terbesar di Korea, Kyobo Bookstore. Nah, toko buku ini juga punya toko jual CD/DVD, namanya Hotracks. Niatnya pengen beli CD lagu 1 atau 2 biji, tapi pas liat harganya langsung kejang-kejang, karena 1 CD internasional bisa dijual seharga 20.000 won atau setara 240ribu rupiah. Ajegile.

Itaewon

Jumat kemarin, kebetulan adalah Hangul Proclamation Day, yaitu hari peringatan digunakannya aksara Korea (Hangul) secara masif di Korea, setelah sebelumnya masih menggunakan aksara China. Berhubung kantor libur dan semua rekan saya hobinya adalah Jumat’an, maka mereka pun mengajak ke daerah Itaewon yang memang terkenal dengan Seoul Central Mosque nya.

IMG_20151009_182801Daerah ini bisa dicapai dengan MRT Line 6 (warna coklat), dan berhenti di stasiun Itaewon. Nanti exit di pintu 3, terus jalan mendaki bukit sedikit untuk sampai di Mesjid Agung-nya Seoul. Sepanjang perjalanan, isinya orang Arab, Turki, Uzbekistan, dan….Indonesia. Ada sebuah restoran yang menjual makanan Indonesia (bahkan ngejual Karuhun juga!), namanya Siti Sarah.

Sepanjang jalan utama Itaewon, isinya tokooooo semua. Bahkan sampe masuk-masuk ke dalem gang sempit, pasti ada tokonya juga. Mulai dari souvenir, tempat ngebir, coffee shop, jualan baju korea murmer, sampe butik dan restoran fine dining. Yang saya heran, sejauh apapun lokasinya masuk ke dalem gang, pasti tetap ada pengunjungnya.

IMG_20151009_162655~01Kami pun memutuskan untuk gantung keluar (hang out) sebentar di sebuah kafe yang kayaknya ngehits banget di ujung jalan Itaewon. Pilih Corona (8500won), kebetulan ada tempat kosong di rooftop, dan karena baru jam 4, matahari masih bersinar lumayan terik. Tempat yang sempurna untuk : ngecas. Halah.

PANO_20151009_160221Pemandangannya emang buagus banget, apalagi langit lagi bersih banget sore itu. Berlokasi di ujung jalan Itaewon, persis di bawah kami adalah persimpangan besar, yang berbatasan dengan hutan di sisi lainnya. Pemandangan gunung (engga tau gunung apa) terlihat jelas di kejauhan. Syahdu.

Yongsan

Ini, bukan nama permen karet. Bukan.

Naik line Biru (line 1) ke arah Seoul Station, tinggal turun di Yongsan dan cari exit 3. Eh exit mana aja bisa sih, soalnya stasiunnya gede banget dan terintegrasi sama KTX (Shinkansennya Korea), jadi stasiunnya guede banget dan berada persis di bawah I-Park Mall, semacam ITC Mangga Duanya Seoul.

Isinya, elektronik semua. Kayak di Ambasador, di Yongsan semuanya dibagi per lantai. Lantai 1 ada jual kamera dan segala perlengkapannya. Naik 1 nanti ada iPad, tablet, dan sejenisnya. Naik 1 lagi nanti ketemu sama tukang laptop, dijejerin buanyak banget dan tinggal pilih (fix price).

IMG_20151010_145407Yang seru di lantai 5, tempat jualan handphone. HP di sini terkenal jauh lebih murah daripada di gerai resmi, termasuk merk lokal (Samsung atau LG) dan iPhone. Iseng-iseng nanya dengan bahasa tarzan, mereka nawarin iPhone 6 warna grey dengan case dan screen protector, di harga 620.000 won atau setara 7,7 juta. Wow.

Tapi yang paling membuat saya bahagia adalah bahwa mall ini punya Gundam Base! Itu satu toko isinya gundam semua, dan setelah diitung dengan kurs sekarang, harganya jadi lebih murah daripada di Jakarta. Ratusan atau bahkan ribuan jenis gundam dijajarin rapi, lengkap dengan contohnya pas udah jadi di rak berlapis kaca di paling atas. Selain itu, ada bangku dan meja di ujung toko yang ternyata bisa dipake oleh pengunjung untuk ngerakit gundamnya. Gileeeee.

IMG_20151010_143435Saya sangat berusaha menahan diri untuk ngga belanja gundam (karena bingung gimana bawanya), tapi toh ternyata saya membawa pulang 3 kotak gundam juga akhirnya. Fyuh. Totalnya cuma 38.000 won atau sekitar 450ribu rupiah. Di Jakarta mana dapeeet. XD

Selain Gundam, ada juga pusat penjualan Tamiya di sebelahnya. Juga ada pusat hobi lain, seperti Remote Control, drone, rakit-rakitan Lego dan Duplo, rakit kayu, diorama kereta api, dan lain-lain. Ini surga banget deh pokoknya. Kalo bukan karena kaki udah pincang kecapean jalan, saya kayaknya masih bertahan terus di sana sampe tutup.

Hongdae – Hongik University

Daerah ini tempat gawulnya anak Seoul, selain Gangnam. Lokasinya di daerah kampus Hongik University, yaitu salah satu kampus seni di Korea. Isinya, ya anak mahasiswa kinyis-kinyis semua. Naik MRT line hijau (4), tinggal turun di stasiun Hongik University dan keluar di exit 9.

IMG_20151005_124819Sebenarnya kita ke sini hanya untuk makan Kyochon. Saking penasarannya sama rasa Kyochon Korea, sampe dibela-belain jalan lumayan jauh ke dalem-dalem Hongdae. Daaan ternyataaa, rasa Kyochonnya kecuali yang original, masih lebih enak di Seoul. Payah nih Lee Min Ho ngga konsisten rasanya. XD

Hongdae isinya unik-unik banget. Banyak mahasiswa yang perform di pinggir jalan. Ada yang nyanyi, ada yang main gitar, ada yang joget2, pokoknya aneh-aneh lah. Tukang jualannya banyak banget, tapi kebanyakan cuma kios-kios kayak di pasar kaget gitu aja. Jalanan utamanya tergolong padet dan macet, mungkin karena banyak banget orang yang lalu lalang dan nyebrang sembarangan.

Berhubung emang niat kita cuma makan doang di sana, jadinya abis makan ya kita langsung pulang. Beberapa temen ada yang sempet beli topi seharga 5000won di sana, worthed banget sih. Bagus topinya. Daripada beli topi di MLB di Myeong-dong, bisa kena 30.000won. Buset.

Sabtu pagi di sini hujan cukup deras, dan membuat kami males gerak semuanya. Tidur, nonton film Korea, chatting ngebahas mau kemana abis ujan, dan seterusnya dan seterusnya, akhirnya end up dengan bikin laporan mingguan yang diminta Big Boss lalu jalan sendiri-sendiri.

Semoga minggu depan cuacanya bisa lebih baik dari minggu ini, karena kami udah beli tiket Everland dengan harga diskon! Woohoo!

One thought on “annyeonghaseyo – part 2 – first week

Leave a comment